I.
PENDAHULUAN
Manusia adalah mahluk social dan memerlukan hubungan dengan orang
lain .dengan cara komunikasilah manusia bisa berhubungan dengan orang lain. Komunikasi
dapat dilakukan secara lisan dan
tertulis,tanda-tanda,lambang-lambang.komunikasi dilakukan baik secara
tradisional maupun modern dengan alat – alatnya pun mulai dari yang paling
sederhana sampai yang mutakhir dan canggih.[1]
Pada dasarnya dalam kehidupan sehari-hari,
manusia tidak akan lepas dari yang namanya komunikasi, baik dengan diri sendiri,
antar pribadi, maupun dengan banyak orang. Agar proses komunikasi dapat berjalan
dengan efektif, maka diperlukan sebuah konsep komunikasi.
Islam sebagai agama yang sempurna dan
paripurna, seharusnya memiliki konsep tentang how to know dalam berkomunikasi.
Demikian pulahalnya dengan Al-Quran sebagai kitab suci yang mengcover berbagai
persoalan yang dihadapi manusia, tidak terkecualitentang konsep komunikasi
verbal. Al-Qur’an memerintahkan untuk berbicara efektif (Qaulan Baligha), dari
sisi lain Rasulullah bersabda : “Barang siapa yang beriman kepada Allah dna
hari kemudian, hendaklah berbicara secara efektif atau diam”.Dalam makalah ini akan
dibahas tentang konsep komunikasi dalam Al-Qur’an Surah Thaha:44.
II.
Rumusan Masalah
A.
Apa Pengertian Konsep Komunikasi?
B.
Bagaimana Teks dan Terjemah QS.Thahaayat 44?
C.
Bagaimana Mufrodat dari QS.Thahaayat 44?
D.
Bagaimana Sabab Nuzul QS.Thahaayat 44?
E.
Bagaimana Munasabah
dari QS.Thahaayat 44?
F.
Bagaimana Tafsir dari QS.Thahaayat
44?
G.
Bagaimana Prinsip Komunikasi Efektif?
H.
Apa Hukum dari QS.Thaha ayat
44?
I.
Apa Hikmah dari QS.Thaha ayat
44?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Konsep Komunikasi
Konsep menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah sebuah rancangan, ide, atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa
yang konkret, yaitu satu istilah dapat mengandung dua pengertian yang berbeda.
Sedangkan Komunikasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengiriman dan
penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang
tepat, sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Jadi konsep komunikasi
adalah sebuah rancangan atau ide yang disusun agar sebuah proses penyampaian
pesan kepada orang lain dapat terorganisir dan bisa langsung memahami pesan
tersebut serta memberikan feedback yang baik.[2]
B.
Teks dan terjemah
Surah Thaha ayat 43-45
!$t6ydø$# 4n<Î) tböqtãöÏù ¼çm¯RÎ) 4ÓxösÛ ÇÍÌÈ wqà)sù ¼çms9 Zwöqs% $YYÍh©9 ¼ã&©#yè©9 ã©.xtFt ÷rr& 4Óy´øs ÇÍÍÈ w$s% !$oY/u $uZ¯RÎ) ß$$swU br& xÞãøÿt !$oYøn=tã ÷rr& br& 4ÓxöôÜt ÇÍÎÈ
Artinya :
“Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui
batas.” (QS. At Thaha : 43)[3]
”katakanlahkepadanyadengan kata-kata yang lemahlembut, mudah-mudahandia ingatataupundiamenjaditakut.”
( QS. At Thaha: 44)[4]
“Keduanya berkata,Ya Tuhan kami, sungguh, kami khawatir dia akan segera
menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas.” (QS. At Thaha: 45)
C.
Mufradat
لَيِّنًا :
Lembut/lunak
لَعَلَّهُ :
Mudah-mudahan
يَتَذَكَّر : Dia ingat/sadar
يَخْشَى : Dia takut
D.
Asbabun Nuzul Ayat
Dalam ayat ini, disebutkan Fir’aun seorang
penguasa yang cenderung congkak dan keras. Ia tidak mau menerima paksaan dan
sikap keras, namun ia menjadi lembut dengan pujian dan sikap yang lembut.
Fir’aun berada dipuncak kesombongan dan kecongkakan, sedangkan nabi Musa adalah
orang pilihan Allah ketika itu. Walaupun demikian, Allah memerintahkan Nabi
Musa untuk tidak berbicara kepada Fir’aun melainkan denan lemah lembut. pesan
Allah kepada Nabi-Nya untuk menggunakan tutur kata yang lemah lembut, meskipun
yang dihadapinya adalah seorang yang sangat sombong dan pembangkang,
mengisyaratkan bahwa tutur kata yang manis dan perilaku yang baik akan dapat
menembus kalbu yang baik, karena orang-orang semacam itu tidak pernah mendengar
kata-kata yang kasar yang dapat melukai perasaannya, sehingga ia tidak mau
menerima ajakannya.
Adapun perintah bertutur kata yang manis dan
lemah lembut yang diwajibkan kepada nabi Musa karena ia pernah dipelihara dan
dibesarkan di dalam istana Fir’aun, sehingga nabi Musa berhutang budi kepada
Fir’aun dan para pembesarnya. Karena itu, diwajibkan Allah untuk bertutur kata
dan mengajak mereka dengan cara yang baik dan manis, agar mereka mau menerima ajakannya
dengan baik pula. Di bagian akhir firman Allah di atas disebutkan agar mereka ingat
dan takut kepada Allah. Meskipun Fir’aun dan para pembesarnya tidak mau menerima
ajakan Musa as dengan baik, tetapi masih diharapkan kalau mereka akan menerimanya
dengan baik.[5]
E.
Munasabah QS.Thaha: 44
Ayat sebelumnya yaitu surat thaha ayat 43 yang
menceritakan Nabi Musa dan saudaranya yang bernama Nabi Harun mendatangi Firaun
karena perbuatanya yang sudah melampaui batas. Surah Thaha ayat 44 Nabi Musa
diperintahkan untuk berbicara dengan Firaun yang lemah lembut agar Firaun bisa menerima
apa yang disampaikan. Surah Thaha ayat 45 Nabi Musa dan saudaranya yang bernama
Harus takut akan berbicara dengan halus dikarenakan takut malah akan melukai hati
Firaun dan mereka bisa disiksa.[6]
F.
Tafsir QS. Thaha: 44
Allah Ta’ala berfirman yang ditujukan kepada
Musa as, bahwa dia telah tinggal menetap di tengah-tengah penduduk Madyan
karena lari dari Fir’aun dan Para pengikutnya, ia menggembalakan ternak milik
semendanya sehingga berakhir masa yang telah ditentukan. Kemudian dia datang
sesuai dengan ketetapan dan kehendak Allah tanpa melalui penetapan waktu, dan
segala sesuatu hanya berada di tangan Allah Tabaaraka wa Ta’ala, Dialah yang
mengendalikan hamba-hamba-Nya dan semua makhluk-Nya sesuai dengan kehendak-Nya.
Oleh karena itu, Dia berfirman: tsumma ji’ta
‘alaa qadariy yaa muusaa (“Kemudian kamu datang menurut waktu yang ditetapkan
hai Musa.”) Mujahid mengatakan: “Yakni, sesuai dengan waktu yang ditentukan.”
`Abdurrazzaq menceritakan dari Ma’mar, dari Qatadah, mengenai firman-Nya ini,
yakni, sesuai dengan ketetapan risalah dan kenabian.
Firman Allah Ta’ala: washthana’tuka linafsii (“Dan Aku telah
memilihmu untuk diri-Ku.”) Artinya, Aku (Allah) telah memilih dirimu sebagai
Rasul bagi-Ku, yakni sesuai dengan yang Aku inginkan dan kehendaki.
Al-Bukhari meriwayatkan pada saat menafsirkan
ayat tersebut dari Abu Hurairah, dari Rasulullah saw: “Adam dan Musa pernah
bertemu, maka Musa bertanya kepada Adam: ‘Engkau yang telah membuat umat
manusia menderita dan mengeluarkan mereka dari surga?’ Maka Adam menjawab: `Engkau Musa yang telah dipilih Allah untuk
mengemban risalah-Nya dan Dia telah memilih diri-Mu untuk diri-Nya serta
menurunkan Taurat kepadamu?’ ‘Benar,’ jawab Musa. Adam bertanya: `Apakah engkau
mendapatkannya telah ditetapkan padaku sebelum Dia menciptakan diriku?’ Dia
menjawab: ‘Ya.’ Maka (dengan demikian) Adam mengalahkan Musa (dengan
hujjahnya).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Firman-Nya: idzHab anta wa akhuuka bi-aayaatii
(“Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku,”) yakni, dengan
hujjah-hujjah, bukti-bukti, dan mukjizat-Ku. Wa
laa tatiyaa fii dzikrii (“Dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku.”)
`Ali bin’Abi Thalhah mengatakan dari Ibnu `Abbas: “Yakni, janganlah kalian
berdua lambat.” Mujahid mengatakan, dari Ibnu `Abbas: “Yakni, janganlah kalian
lemah.” Maksudnya, keduanya tidak boleh lalai dalam berdzikir kepada Allah,
tetapi mereka senantiasa berdzikir kepada Allah pada saat menghadapi Fir’aun
agar dzikir kepada Allah itu menjadi penolong bagi keduanya sekaligus sebagai
kekuatan yang menghancurkan mereka.[7]
Firman-Nya: idzHabaa ilaa fir’auna innaHuu
thaghaa (“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah malampaui
batas.”) Yakni inkar, angkuh, lagi sombong
serta durhaka kepada Allah.
فَقُوْلاَلَهُ
قَوْلاًلَّيِّنًا
Berbicaralah kalian kepada Fir’aun dengan
pembicaraan yang lemah lembut agar lebih dapat menyentuh hati dan lebih dapat
menariknya untuk menerim dakwah. Sebab,
dengan perkataan
yang lemah lembut, hati orang-orang yang durhaka akan menjadi halus,
dan kekuatan
orang-orang yang sombong akan hancur. Oleh sebab itu, dating perintah yang serupa kepadaNabi-Nya,
Muhammad SAW. :
اُدْعُ
اِلَى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ
بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ
“serulah (mansia) kepadajalanTuhanmudenganhikmahdanpelajaran yang baikdanbantahlahmerekadengancara
yang baik”. (QS. An-Nahl :
125)
لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ اَوْيَخْشَ
Kata la’alla (mudah-mudahan) dalam kalimat ini menunjukan harapan tercapainya maksud sesudah
kata itu. Yakni,
jalankanlah risalah, kerjakanlah apa yang Aku serukan kepada kalian, dan berusahalah
mengerjakannya seperti orang yang berharap dan tamak, agar pekerjaannya dapat berbuah
dan tidak gagal usahanya: dia berusaha menurut kemampuannya dan berjuang sampai
puncak ushanya dengan harapan segala perbuatannya dapat mendatangka nkeberhasilan,
kemenangan, dan keuntungan.[8]
Faquulaa laHuu qulal layyinal la’allaHu
yatadzakkaru aw yakhsyaa (“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan
kata-kata yang lemah lembut mudah-mudahan ia ingat atau takut.”) Di dalam ayat ini terdapat pelajaran yang sangat berharga, yaitu
bahwa Fir’aun benar-benar berada di puncak keangkuhan dan kesombongan,
sedangkan pada saat itu Musa merupakan makhluk pilihan Allah. Berdasarkan hal
tersebut, Allah Ta’ala memerintahkan Musa untuk berbicara kepada Fir’aun dengan
lemah lembut.
Mengenai firman Allah: Faquulaa laHuu qulal
layyinan (“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah
lembut”) dari `Ikrimah, dia mengatakan: “Katakanlah: laa ilaaHa illallaaH
(Tidak ada Ilah [yang haq] selain Allah).” `Amr bin `Ubaid meriwayatkan dari
al-Hasan al-Bashri tentang firman-Nya ini, yakni sampaikanlah kepadanya
kata-kata bahwa kamu mempunyai Rabb dan kamu juga mempunyai tempat kembali, dan
sesungguhnya di hadapanmu terdapat surga dan neraka.
Baqiyyah meriwayatkan dari `Ali bin Harun, dari `Ali mengenai
firman-Nya ini dia mengatakan: “Gunakanlah kun-yah untuk menyebut namanya.”
Demikian juga yang diriwayatkan dari Sufyan ats-Tsauri: “Gunakanlah kun-yah (nama panggilan, contoh Abu Hurairah).”
Demikian juga yang diriwayatkan dari Sufyan ats-Tsauri: “Gunakanlah kun-yah (nama panggilan, contoh Abu Hurairah).”
Dari pendapat-pendapat mereka itu dapat dihasilkan kesimpulan bahwa
seruan keduanya (Musa dan Harun) kepada Fir’aun disampaikan dengan lemah
lembut, agar hal itu bisa menyentuh jiwa, lebih mendalam, dan mengenai sasaran.
Sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala: “Serulah (manusia) kepada jalan
Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang lebih baik.” (QS. An-Nahl: 125)
Firman Allah Ta’ala: la’allaHu yatadzakkaru aw
yakhsyaa (“Mudah-mudahan ia ingat atau takut,”) yakni, mudah-mudahan dia mau
meninggalkan kesesatan dan kehancuran yang digelutinya, atau dia takut, atau
dia memperoleh ketaatan dari rasa takut kepada Rabbnya. Dengan demikian,
mengingat di sini berarti berpaling dari larangan, sedangkan takut berarti tercapainya
ketaatan.
Di dalam pangkal ayat 44 ini, Tuhan telah
memberikan suatu petunjuk dan arahan yang penting dala memulai dakwah kepada
orang yang telah sangat melampaui batas itu. Dalam permulaan berhadap-hadapan
kepada orang yang seperti itu janganlah langsung dilakukan sikap keras,
melainkan hendaklah memulai dengan mengatakan sikap yang lemah lembut,
perkataan yang penuh dengan suasana kedamaian. Sebab kalau dari permulaan
konfrontasi (berhadapan muka dengan muka) si pendakwah telah melakukan amar ma’ruf
nahi munkar dengan cara keras, blak-blakan, tidaklah tercapai apa ynag
dimaksud.
Meskipun di dalam ilmu Allah Ta’ala sendiri
pasti sudah diketahui bahwa fir’aun itu sampai saat terakhir tidak akan mengaku
tunduk, tetapi Tuhan telah memberikan tuntunan kepada Rasul-Nya, ataupun kepada
siapa saja yang berjuang melanjutkan rencana Nabi-nabi, bahwa pada langkah yang
pertama janganlah mengambil sikap menantang. Mulailah dengan kata lemah-lembut.“Mudah-mudahaningatlahdia,
ataupuntakut.” (ujungayat 44)[9]
Itulah siasat atau taktik yang dianjurkan
Allah kepada Musa dan Harun, sebagai langkah pertama dalam menghadapi Fir’aun.
G.
Prinsip Komunikasi Efektif
Komunikasi efektif dalam Al-Qur’an yang
dimaksud adalah rumusan-rumusan prinsipil dalam melakukan interaksi atau hubungan
dengan orang lain yang telah disinyalir dalam Al-Qur’an. Berikut ini Al-Quran
memberikan enam prinsip atau model dalam berkomunikasi efektif dengan orang
lain, yaitu:
1.
Qaulan Sadida (QS. An-Nisa ayat
9, Al-Ahzab ayat 70)
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا
مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ
وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
“Dan hendaklah takut
kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka
anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.
oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar”. (QS. An-Nisa: 9)[10]
Perkataan Qaulan
Sadida diungkapkan Al-Quran dalam konteks pembicaraan mengenai wasiat.
Menurut beberapa ahli tafsir seperti Hamka, At-Thabari, Al- Baghawi, Al-Maraghi
dan Al-Buruswi bahwa Qaulan Sadida dari segi konteks ayat mengandung
makna kekuatiran dan kecemasan seorang pemberi wasiat terhadap anak-anaknya
yang digambarkan dalam bentuk ucapan-ucapan yang lemah lembut (halus), jelas,
jujur, tepat, baik, dan adil. Lemah lembut artinya cara penyampaian
menggambarkan kasih sayang yang diungkapkan dengan kata-kata yang lemah lembut.
Jelas mengandung arti terang sehingga ucapan itu tak ada penapsiran lain. Jujur
artinya transparan, apa adanya, tak ada yang disembunyikan.
2.
Qaulan Ma’rufa(QS An-Nisa ayat 5)
وَلَا تُؤْتُوا السُّفَهَاءَ
أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ قِيَامًا وَارْزُقُوهُمْ فِيهَا
وَاكْسُوهُمْ وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلًا مَّعْرُوفًا
“Dan janganlah kamu
serahkan kepada orang-orang yang belum Sempurna akalnya, harta (mereka yang ada
dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka
belanja dan Pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka
kata-kata yang baik”. (QS. Annisa: 5)[11]
Secara bahasa arti
ma’rufa adalah baik dan diterima oleh nilai-nilai yang berlaku di masyarakat
(Shihab, 1998:125). Ucapan yang baik adalah ucapan yang diterima sebagai
sesuatu yang baik dalam pandangan masyarakat lingkungan penutur.
3.
Qaulan Baligha (QS An-Nisa ayat
63)
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ
يَعْلَمُ اللَّهُ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ وَقُل
لَّهُمْ فِي أَنفُسِهِمْ قَوْلًا بَلِيغًا
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati
mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran,
dan Katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”. (QS.
Annisa: 63)[12]
Qaulan Baligha diartikan sebagai
pembicaraan yang fasih atau tepat, jelas maknanya, terang, serta tepat
mengungkapkan apa yang dikehendakinya atau juga dapat diartikan sebagai ucapan
yang benar dari segi kata. Dan apabila dilihat dari segi sasaran atau ranah
yang disentuhnya dapat diartikan sebagai ucapan yang efektif.
4.
Qaulan Maysura (QS Al-Isra ayat
28)
وإِمَّا تُعْرِضَنَّ
عَنْهُمُ ابْتِغَاءَ رَحْمَةٍ مِّن رَّبِّكَ تَرْجُوهَا فَقُل لَّهُمْ قَوْلًا
مَّيْسُورًا
“Dan jika kamu
berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan,
Maka Katakanlah kepada mereka Ucapan yang pantas”. (QS. Al-Isra: 28)[13]
Mudah artinya
bahasanya komunikatif sehingga dapat dimengerti dan berisi kata-kata yang
mendorong orang lain untuk tetap mempunyai harapan. Ucapan yang lunak adalah
ucapan yang menggunakan ungkapan dan diucapkan dengan pantas atau layak.
Sedangkan yang lemah lembut adalah ucapan yang baik dan halus sehingga tidak
membuat orang lain kecewa atau tersinggung.
5.
Qaulan Layyina (QS Thaha ayat 44)
فَقُولَا لَهُ قَوْلًا
لَّيِّنًا لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ
“maka sampaikanlah
baginya dengan perkataan yang lemah lembut, agar mereka senantiasa mengingat
Allah atau agar mereka takut kepada-Nya”. (QS Thaha ayat 44)[14]
Dengan kelemahlembutan
itu maka akan terjadi sebuah komunikasi yang akan berdampak pada terserapnya
isi ucapan oleh orang yang diajak bicara sehingga akan terjadi tak hanya
sampainya informasi tetapi jua akan berubahnya pandangan, sikap dan prilaku
orang yang diajak bicara.
6.
Qaulan Karima(QS Al-Isra ayat 23)
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا
تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا
يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَا
أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
“Dan Tuhanmu Telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia”. (QS. Al-Isra: 23)[15]
Dalam hal ini bisa
juga diartikan mengucapkan kata “ah” kepada orang tua tidak dlbolehkan
oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih
kasar daripada itu.
H.
Hukum QS. Thaha: 44
1. Wajib berkomunikasi dengan lemah lembut
Ucapan yang lemah lembut adalah ucapan
yang baik dan halus sehingga tidak membuat orang lain kecewa atau tersinggung. Sehingga
ucapan atau berkata lemah lembut adalah Wajib. Hal ini selaras dengan Firman
Allah dalam QS. Al-Isra ayat 23:
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ
أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا
وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
“Dan Tuhanmu Telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain diadan hendaklah kamu berbuat
baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia”. (QS. Al-Isra: 23)
Dari ayat diatas,
sudah jelas bahwasanya kita diwajibkan untuk berkata lemah lembut kepada lawan
bicara kita terutama orang yang lebuh tua dari kita.
Hal serupajugaditerangandalamFirman Allah QS.
An-Nahlayat125 :
اُدْعُ
اِلَى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ
بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ
“Serulah (mansia)
kepadajalanTuhanmudenganhikmahdanpelajaran yang
baikdanbantahlahmerekadengancara yang baik”.
(QS. An-Nahl : 125)
Ayat diatas menunjukan bahwa kita diwajibkan
membantah (berdebat) dengan menggunakan perkataan yang lemah lembut.
I.
Hikmah QS. Thaha: 44
1.
Dengan berbicara
yang lemah lembut kita dapat di senangi banyak orang.
2.
Berbicara lemah lembut dapat membuat kita memiliki banyak teman.
3.
Berbicara dengan lemah lembut diharapkan dapat menyentuh hati seorang komunikan
agar sebuah pesan dapat diterima dengan baik.
4.
Berbicara lemah lembut dapat membuat komunikan memberikan
feedback yang baik.
IV.
KESIMPULAN
Di dalam QS. Thaha ayat 44 terkandung konsep
komunikasi, dimana daidalamnya telah dijelaskan bahwasanya kita diwajibkan
untuk berkata lemah lembut, karena dengan kelemahlembutan itu maka
akan terjadi sebuah komunikasi yang akan berdampak pada terserapnya isi ucapan
oleh orang yang diajak bicara sehingga akan terjadi tak hanya sampainya
informasi tetapi jua akan berubahnya pandangan, sikap dan prilaku orang yang
diajak bicara.
Hikmah di balik surah thaha ayat 44, yaitu:Dengan berbicara yang lemah lembut kita dapat
di senangi banyak orang, Berbicara lemah lembut dapat membuat kita memiliki
banyak teman, Berbicara dengan lemah lembut diharapkan dapat menyentuh hati
seorang komunikan agar sebuah pesan dapat diterima dengan baik, Berbicara lemah
lembut dapat membuat komunikan memberikan feedback yang baik.
Selain dibutuhkan konsep komunikasi saat berbicara, kita juga di tuntut
untuk melakukan beberapa hal agar pesan yang kita sampaikan dapat di terima
atau dipahami oleh komunikan, yaitu : qaulan Sadida, qaula ma’rufa,
qaulan baligha, qaulan maysura, qaulan layyina, dan qaulan karima.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maragi, Mustafa, Ahmad.Tafsir
Al-MaragiJuz XVI. Semarang :Toha Putra. 1993.
Al Quran & Tafsirnya (Edisi Yang Disempurnakan). Jakarta: Widya Cahaya. 2005.
Al-Qur’an dan terjemahanya Depag RI. Semarang: PT kumodasmono Grafindo tahun.
1994.
Al Qur’an dan Terjemah. Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema.2009.
Az-zuhaili,Wabbah. Tafsir Al Munir jilid 8, Depok:
Gema Insani. 2016.
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juzu’
13-14-15-16, (Jakarta:
PT. PustakaPanji Mas, 1983.
Mulyana, Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi Suatu
Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Nasir,
Abdul dkk .2009. Komunikasi
dalam Keperawatan. (Jakarta
: Salemba Medika)
[1]
https://alquranmulia.wordpress.com/2015/07/25/tafsir-ibnu-katsir-surah-thaahaa-ayat-40-44/
[4]Al Qur’an dan Terjemah (Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2009) hlm.
314
[5]Wabbah az-zuhaili, Tafsir Al Munir jilid 8, (Depok: Gema Insani,
2016) hlm. 480
[6]Al Quran & Tafsirnya (Edisi Yang Disempurnakan), (Jakarta: Widya
Cahaya, 2005) hlm. 142
[7] https://alquranmulia.wordpress.com/2015/07/25/tafsir-ibnu-katsir-surah-thaahaa-ayat-40-44/
diakses tanggal 02/06/2018 pukul 20:11
[9] Prof. Dr.
Hamka, Tafsir Al-AzharJuzu’ 13-14-15-16, (Jakarta:
PT. Pustaka Panji Mas, 1983), hlm.159
If you're trying hard to burn fat then you certainly have to start using this brand new custom keto plan.
BalasHapusTo produce this keto diet, certified nutritionists, fitness couches, and chefs have united to develop keto meal plans that are effective, painless, money-efficient, and fun.
Since their first launch in January 2019, thousands of clients have already completely transformed their figure and health with the benefits a proper keto plan can offer.
Speaking of benefits: clicking this link, you'll discover eight scientifically-tested ones given by the keto plan.