BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.
Pada dasarnya dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak akan lepas dari yang namanya komunikasi, baik dengan diri sendiri, antar pribadi, maupun dengan banyak orang. Agar proses komunikasi dapat berjalan dengan efektif, maka diperlukan sebuah konsep komunikasi.
Konsep menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah sebuah rancangan, ide, atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa
yang konkret, yaitu satu istilah dapat mengandung dua pengertian yang berbeda. Sedangkan
Komunikasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengiriman dan penerimaan
pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat, sehingga pesan
yang dimaksud dapat dipahami. Jadi konsep komunikasi adalah sebuah rancangan atau
ide yang disusun agar sebuah proses penyampaian pesan kepada orang lain dapat terorganisir
dan bisa langsung memahami pesan tersebut serta memberikan feedback yang baik.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang konsep komunikasi dalam Al-Qur’an Surah Thaha ayat 44.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Teks dan Terjemah QS. Thaha ayat 44?
2. Bagaimana Mufrodat dari QS. Thaha ayat 44?
3. Bagaimana Sabab Nuzul QS. Thaha ayat 44?
4. Bagaimana Munasabah (korelasi ayat) dari QS. Thaha ayat 44?
5. Bagaimana Tafsir dari QS. Thaha ayat 44?
6. Bagaimana Prinsip Komunikasi Efektif?
7. Apa Hukum dari QS. Thaha ayat 44?
8. Apa Hikmah dari QS. Thaha ayat 44?
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Teks dan terjemah Surah Thaha ayat 44
فَقُولَا لَهُ
قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ
Artinya : ”katakanlah kepadanya dengan
kata-kata yang lemah lembut,
mudah-mudahan dia ingat ataupun dia menjadi takut.” ( QS. At Thaha: 44)[1]
لَيِّنًا : Lembut/lunak
لَعَلَّهُ : Mudah-mudahan
يَتَذَكَّر : Dia ingat/sadar
يَخْشَى : Dia takut
3. Asbabun Nuzul Ayat
Dalam ayat ini, disebutkan Fir’aun seorang penguasa yang cenderung congkak
dan keras. Ia tidak mau menerima paksaan dan sikap keras, namun ia menjadi
lembut dengan pujian dan sikap yang lembut. Fir’aun berada dipuncak kesombongan
dan kecongkakan, sedangkan nabi Musa adalah orang pilihan Allah ketika itu.
Walaupun demikian, Allah memerintahkan Nabi Musa untuk tidak berbicara kepada
Fir’aun melainkan denan lemah lembut. pesan Allah kepada Nabi-Nya untuk
menggunakan tutur kata yang lemah lembut, meskipun yang dihadapinya adalah
seorang yang sangat sombong dan pembangkang, mengisyaratkan bahwa tutur kata
yang manis dan perilaku yang baik akan dapat menembus kalbu yang baik, karena
orang-orang semacam itu tidak pernah mendengar kata-kata yang kasar yang dapat
melukai perasaannya, sehingga ia tidak mau menerima ajakannya.
Adapun perintah bertutur kata yang manis dan lemah lembut yang diwajibkan
kepada nabi Musa karena ia pernah dipelihara dan dibesarkan di dalam istana
Fir’aun, sehingga nabi Musa berhutang budi kepada Fir’aun dan para pembesarnya.
Karena itu, ia diwajibkan Allah untuk bertutur kata dan mengajak
mereka dengan cara yang baik dan manis, agar mereka mau menerima ajakannya
dengan baik pula. Di bagian akhir firman Allah di atas
disebutkan agar mereka ingat dan takut kepada Allah. Meskipun Fir’aun dan para
pembesarnya tidak mau menerima ajakan Musa as dengan baik, tetapi masih
diharapkan kalau mereka akan menerimanya dengan baik.[2]
4. Munasabah QS. At Thaha: 44
Ayat
sebelumnya yaitu surat thaha ayat 43 yang menceritakan Nabi Musa dan saudaranya
yang bernama Nabi Harun mendatangi Firaun karena
perbuatanya yang sudah melampaui batas. Surah Thaha ayat 44 Nabi Musa diperintahkan untuk berbicara dengan
Firaun yang lemah lembut agar Firaun bisa menerima apa yang disampaikan. Surah Thaha ayat 45 Nabi Musa dan saudaranya yang bernama Harus
takut akan berbicara dengan halus dikarenakan takut malah akan melukai hati
Firaun dan mereka bisa disiksa.[3]
5. Tafsir QS. At Thaha: 44
6. Prinsip Komunikasi Efektif
Komunikasi
efektif dalam Al-Qur’an yang dimaksud adalah rumusan-rumusan prinsipil dalam
melakukan interaksi atau hubungan dengan orang lain yang telah disinyalir dalam
Al-Qur’an. Berikut ini Al-Quran memberikan enam
prinsip atau model dalam berkomunikasi efektif dengan orang lain, yaitu:
a.
Qaulan Sadida (QS. An-Nisa ayat 9, Al-Ahzab ayat 70)
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ
ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا
قَوْلًا سَدِيدًا
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.
(QS. An-Nisa: 9)[4]
Perkataan Qaulan Sadida diungkapkan Al-Quran
dalam konteks pembicaraan mengenai wasiat. Menurut beberapa ahli tafsir seperti
Hamka, At-Thabari, Al- Baghawi, Al-Maraghi dan Al-Buruswi bahwa Qaulan
Sadida dari segi konteks ayat mengandung makna kekuatiran dan kecemasan
seorang pemberi wasiat terhadap anak-anaknya yang digambarkan dalam bentuk
ucapan-ucapan yang lemah lembut (halus), jelas, jujur, tepat, baik, dan adil.
Lemah lembut artinya cara penyampaian menggambarkan kasih sayang yang
diungkapkan dengan kata-kata yang lemah lembut. Jelas mengandung arti terang
sehingga ucapan itu tak ada penapsiran lain. Jujur artinya transparan, apa
adanya, tak ada yang disembunyikan.
- Qaulan Ma’rufa (QS An-Nisa ayat 5)
وَلَا تُؤْتُوا السُّفَهَاءَ أَمْوَالَكُمُ الَّتِي
جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ قِيَامًا وَارْزُقُوهُمْ فِيهَا وَاكْسُوهُمْ وَقُولُوا
لَهُمْ قَوْلًا مَّعْرُوفًا
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang
yang belum Sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang
dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan Pakaian
(dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik”. (QS.
Annisa: 5)[5]
Secara bahasa arti ma’rufa adalah baik dan diterima
oleh nilai-nilai yang berlaku di masyarakat (Shihab, 1998:125). Ucapan yang
baik adalah ucapan yang diterima sebagai sesuatu yang baik dalam pandangan
masyarakat lingkungan penutur.
- Qaulan Baligha (QS An-Nisa ayat 63)
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ يَعْلَمُ اللَّهُ مَا فِي
قُلُوبِهِمْ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ وَقُل لَّهُمْ فِي أَنفُسِهِمْ
قَوْلًا بَلِيغًا
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah
mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari
mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka perkataan
yang berbekas pada jiwa mereka”. (QS. Annisa: 63)[6]
Qaulan Baligha diartikan sebagai pembicaraan yang fasih atau tepat, jelas maknanya,
terang, serta tepat mengungkapkan apa yang dikehendakinya atau juga dapat
diartikan sebagai ucapan yang benar dari segi kata. Dan apabila dilihat dari
segi sasaran atau ranah yang disentuhnya dapat diartikan sebagai ucapan yang
efektif.
- Qaulan Maysura (QS Al-Isra ayat 28)
وَإِمَّا تُعْرِضَنَّ عَنْهُمُ ابْتِغَاءَ رَحْمَةٍ
مِّن رَّبِّكَ تَرْجُوهَا فَقُل لَّهُمْ قَوْلًا مَّيْسُورًا
“Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk
memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, Maka Katakanlah kepada
mereka Ucapan yang pantas”. (QS. Al-Isra: 28)[7]
Mudah artinya bahasanya komunikatif sehingga dapat
dimengerti dan berisi kata-kata yang mendorong orang lain untuk tetap mempunyai
harapan. Ucapan yang lunak adalah ucapan yang menggunakan ungkapan dan
diucapkan dengan pantas atau layak. Sedangkan yang lemah lembut adalah ucapan
yang baik dan halus sehingga tidak membuat orang lain kecewa atau tersinggung.
- Qaulan Layyina (QS Thaha ayat 44)
فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهُ
يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ
“maka sampaikanlah baginya dengan perkataan yang
lemah lembut, agar mereka senantiasa mengingat Allah atau agar mereka takut
kepada-Nya”. (QS Thaha ayat 44)[8]
Dengan kelemahlembutan itu maka akan terjadi sebuah
komunikasi yang akan berdampak pada terserapnya isi ucapan oleh orang yang
diajak bicara sehingga akan terjadi tak hanya sampainya informasi tetapi jua
akan berubahnya pandangan, sikap dan prilaku orang yang diajak bicara.
- Qaulan Karima (QS Al-Isra ayat 23)
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ
أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا
وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
“Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. (QS. Al-Isra: 23)[9]
Dalam hal ini bisa juga diartikan mengucapkan kata
“ah” kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan
kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.
7. Hukum QS. At Thaha: 44
a. Wajib, karena jika kita menghadapi orang yang keras, angkuh
jika dibarengi dengan feedback yang sama, tidak akan selesai persoalan tersebut
b. Wajib, karena jika kita berbicara lemah lembut kepada
seseorang, seseorang tersebut akan menghormati kita
c. Wajib, karena jika kita berbicara kasar, orang lain akan
tahut kepada kita dan akan menjauh
8. Hikmah QS. At Thaha: 44
a. Dengan berbicara yang lemah lembut kita dapat di senangi banyak
orang.
b. Berbicara lemah lembut dapat membuat kita memiliki banyak teman.
c. Berbicara dengan lemah lembut diharapkan dapat menyentuh hati seorang
komunikan agar sebuah pesan dapat diterima dengan baik.
d. Berbicara lemah lembut dapat membuat komunikan memberikan feedback
yang baik.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Al Quran & Tafsirnya (Edisi Yang Disempurnakan), 2005, Jakarta: Widya
Cahaya
Al-Qur’an
dan terjemahanya Depag RI, 1994, Semarang: PT kumodasmono Grafindo tahun
Al Qur’an dan Terjemah, 2009, Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema
Wabbah az-zuhaili, 2016, Tafsir Al Munir jilid 8, Depok: Gema Insani
Komentar
Posting Komentar